KESANTUNAN
Menurut Kamus Besar Indonesia, kesantunan merupakan kehalusan dan baik. Kita juga menerapkan kesantunan dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya kesantunan dalam berbahasa. Adapun terdapat dua konsep kesantunan berkaitan dengan aspek bahasa, yaitu kesantunan tampak pada pilihan kata, nada, intonasi, dan struktur kalimatnya. Aspek yang kedua terdapat pada tingkah laku, yaitu kesantunan dapat dilihat pada ekspresi, sikap, dan gerak-gerik tubuh lainnya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua konsep kesantunan, yaitu berbahasa dan berperilaku.
Secara luas, kesantunan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mewujudkan, mempertahankan, serta menyelamatkan harga diri dan kehormatan mitra bicara selama berlangsungnya suatu percakapan dalam suatu masyarakat. Di dalam kesantunan ada pengorbanan untuk mau menghargai dan menghormati mitra bicara. Kalau tidak mau untuk menghormati dan menghargai mitra bicara, maka kesantunan tidak akan berjalan dengan bagaimana seharusnya.
Kesantunan memiliki unsur yaitu etika atau kaidah berbahasa, norma sosial, dan sistem budaya. Kesantunan juga dipengaruhi oleh tata cara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Selain itu, kesantunan juga dipengaruhi oleh konteks yang berkaitan dengan tempat, suasana, waktu yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi, peran berkaitan dengan usia, kedudukan, atau status sosial dari penutur dan mitra tutur selama berlangsungnya proses komunikasi.
Setiap negara memiliki kesantunan yang berbeda-beda. Seperti contohnya masyarakat di Amerika Serikat selalu lugas dan langsung pada saat menolak. Dan ada juga beberapa negara yang memiliki kesantunan bahwa kalau ingin menolak, harus secara halus. Tidak lugas dan langsung menolak.
Setiap negara memiliki kesantunan yang berbeda-beda. Seperti contohnya masyarakat di Amerika Serikat selalu lugas dan langsung pada saat menolak. Dan ada juga beberapa negara yang memiliki kesantunan bahwa kalau ingin menolak, harus secara halus. Tidak lugas dan langsung menolak.
Penutur dan mitra tuturnya harus memiliki sikap kerjasama dengan memenuhi prinsip maksim kualitas, yaitu menuntut peserta percakapan untuk menyatakan hal yang sebenarnya. Maksim kuantitas, yaitu menuntut peserta untuk memberikan kontribusi yang secukupnya kepada mitra tuturnya. Maksim relevansi, menuntut peserta untuk memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan. Maksim cara, menuntut setiap peserta percakapan harus berbicara langsung dan lugas serta tidak berlebihan. Maksim memiliki tahapan, yang paling atas terdapat maksim cara, maksim relevansi, maksim kuantitas, maksim kualitas.
Terdapat tiga unsur kesantunan dalam berkomunikasi. Yang pertama ada tindak lokusi, yaitu berupa anjuran yang dihasilkan oleh seorang penutur. Kedua, tindak ilokusi, berupa maksud yang terdapat dalam ujaran. Ketiga, tindak perlokusi, berupa efek yang ditimbulkan oleh ujaran. Unsur perlokusi memuat kriteria santun atau tidaknya seseorang dalam bertutur. Tindak perlokusi berupa sikap menyenangkan merupakan salah satu pertanda bahwa suatu tuturan itu santun. Sebaliknya, apabila efek dari tuturan tersebut justru menimbulkan ketersinggungan mitra tutur, berarti ada sesuatu yang salah. Tuturan itu kemungkinan besar tidaklah santun. Selain dapat dilihat dari efek perlokusinya, indikator kesantunan dalam berbahasa akan tampak pada tuturn itu sendiri yang tidak agkuh atau memaksa.
Ciri kesantunan berbahasa dapat dilihat pada jenis kalimat dan strukturnya. Jenis kalimat, kalimat berita dan kalimat tanya dipandang lebih santun daripada kalimat perintah. Struktur kalimat, kalimat yang berstruktur lebih lengkap akan menyebabkan lebih santun daripada kalimat yang strukturnya pendek. Mitra tutur, usia dan status sosial merupakan beberapa faktor yang turut berpengaruh pada kesantunan berbahsa. Selanjutnya tempat, waktu, dan topik pembicaraan.
Strategi berbahasa santun yang pertama adalah skala untung rugi. Tuturan yang merugikan penutur ditandai dengan penggunaan kata-kata yang membesarkan mitra tutur atau memuji orang lain dan tuturan yang menguntungkn penutur ditandai oleh penggunaan kata-kata yang menempatkan status mitra tutur berbeda dalam posisi lemah. Terdapat tujuh kesantunan dalam berbahasa, yaitu maksim kerendahhatian, maksim pertimbangan, maksim simpati, maksim kedermawanan, maksim pujian, dam maksim persetujuan. Yang ketiga ada skala pilihan, yaitu makin banyak pilihan keputusan yang diberikan penutur kepada mitra tutur, dianggap semakin santun basahanya. Yang keempat adalah skala tidak langsung, yaitu semakin tidak langsung suatu maksud disampaikan, semakin tidak santun. Yang terakhir adalah skala keakraban, yaitu semakin akrab mitra tutur, semakin kasar bahasanya.
Sikap dan tindak tutur yang bisa timbul kesan tidak santun: (a) Penutur menyampaikan kritik secara langsung, (b) Penutur didorong emosi, (c) Penutur menyampaikan tuduhan dan kecurigaan, (d) Penutur protektif terhadap pendapatnya, (e) Penutur memojokkan mitra tutur sehingga tidak berdaya.
Ciri kesantunan berbahasa dapat dilihat pada jenis kalimat dan strukturnya. Jenis kalimat, kalimat berita dan kalimat tanya dipandang lebih santun daripada kalimat perintah. Struktur kalimat, kalimat yang berstruktur lebih lengkap akan menyebabkan lebih santun daripada kalimat yang strukturnya pendek. Mitra tutur, usia dan status sosial merupakan beberapa faktor yang turut berpengaruh pada kesantunan berbahsa. Selanjutnya tempat, waktu, dan topik pembicaraan.
Strategi berbahasa santun yang pertama adalah skala untung rugi. Tuturan yang merugikan penutur ditandai dengan penggunaan kata-kata yang membesarkan mitra tutur atau memuji orang lain dan tuturan yang menguntungkn penutur ditandai oleh penggunaan kata-kata yang menempatkan status mitra tutur berbeda dalam posisi lemah. Terdapat tujuh kesantunan dalam berbahasa, yaitu maksim kerendahhatian, maksim pertimbangan, maksim simpati, maksim kedermawanan, maksim pujian, dam maksim persetujuan. Yang ketiga ada skala pilihan, yaitu makin banyak pilihan keputusan yang diberikan penutur kepada mitra tutur, dianggap semakin santun basahanya. Yang keempat adalah skala tidak langsung, yaitu semakin tidak langsung suatu maksud disampaikan, semakin tidak santun. Yang terakhir adalah skala keakraban, yaitu semakin akrab mitra tutur, semakin kasar bahasanya.
Sikap dan tindak tutur yang bisa timbul kesan tidak santun: (a) Penutur menyampaikan kritik secara langsung, (b) Penutur didorong emosi, (c) Penutur menyampaikan tuduhan dan kecurigaan, (d) Penutur protektif terhadap pendapatnya, (e) Penutur memojokkan mitra tutur sehingga tidak berdaya.
Komentar
Posting Komentar